Setelah dari Penang,
perjalanan saya lanjutkan ke Malaka, menggunakan bus. Perjalanan kurang lebih 7
jam, dengan ongkos 50 MYR. Saya ambil bus yang berangkat jam 10 malam dari
Terminal Komtar, Penang dan sampai di Melaka Central subuh besoknya. Lumayanlah,
jadi bisa istirahat dan menghemat biaya hotel 1 malam, hehe. Saya tidak book penginapan
di Malaka, karena cuma diniatkan day trip aja, dan sorenya nanti langsung ke
Kuala Lumpur, dan balik ke real life, Indonesia. Malaka itu kota
kecil, jadi kalau hanya punya 1 hari saja di sini, ya masih bisa lah datangin
beberapa spot wajib di Malaka. Bus yang kita tumpangi akan berakhir di terminal
bus Melaka Central. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mencari
transportasi yang bisa membawa kita ke pusat kota. Buat para budget traveller,
saya sarankan untuk pake bus saja, murce soalnya. Caranya, carilah ruang tunggu
bus domestik, di sana sudah ada gate-gate bernomor sesuai dengan tujuan yang
akan dituju. Tujuan paling favorit buat para traveller adalah Dutch Square/Red
Square/Bangunan Merah/Kawasan Jonker Street, karena memang disana pusat wisata
Malaka berada, kawasan stay turis juga sihhh. Kawasan ini
berada di gate no 17, nama bus-nya Panorama, ongkosnya 2 MYR. Siapkan uang pas
ya, karena tidak akan ada kembalian.
Baca juga : Cara ke Malaka
Baca juga : Cara ke Malaka
1. Dutch Square/Red Square
Dutch Square/Red Square
adalah alun-alun kota Malaka yang bernuansa historis karena dikelilingi oleh
bangunan-bangunan berasitektur keren peninggalan pejajah. Konon kawasan ini
dulunya merupakan pusat pemerintahan kolonial. Disebut juga dengan Red Square,
karena sesuai dengan warna bangunannnya yang didominasi oleh warna merah. Di
Dutch Square ini ada beberapa destinasi yang bisa kita singgahi sekaligus.
Stadthuys
Stadthuys berarti balai
kota. Jadi memang dulunya berfungsi sebagai kantor pemerintahan kolonial
Belanda. Selain itu, Stadthuys juga dulunya adalah rumah kediaman gubernur
kolonial Belanda dan para pejabatnya. Konon bangunan ini sudah ada dari tahun
1650. Sekarang, Stadthuys telah beralih fungsi menjadi museum. Untuk masuk ke
museum ini, kita harus merogoh kocek sebesar 10 MYR, tapi kalau warga Malaysia
hanya bayar 5 MYR saja. Dikarenakan hanya akan sehari saja di Melaka, maka saya
putuskan tidak masuk ke museum ini, cukuplah foto-foto di sekitarannya
saja.
Christ Church
Persis di sebelah
Stadthuys, ada sebuah gereja bernuansa klasik yang berwarna merah juga dengan
lambang salib dan tulisan Christ Church Melaka di bagian
atasnya. Gereja ini dibangun dari tahun 1740-an dan masih aktif hingga hari
ini. Oya, selama berjalan santai di sekitaran bangunan merah ini, kita bisa
melihat becak-becak wisata berseliweran dengan musik cetar mengelegar. Nahh,
yang tertarik buat keliling dengan becak wisata ini, pangkalannya ada di depan
gereja itu. Harganya 20 MYR untuk 30 menit dan bisa diisi berdua.
Tidak jauh dari gereja
merah itu, kita bisa temui sebuah air mancur yang tidak kalah klasiknya. Air
mancur ini bernama Queen Victoria Fountain, sebuah air mancur yang dibangun
untuk menghormati ratu Inggris, Queen Victoria.
Clock Tower dan I Love
Melaka
Berjalan sedikit lagi, kita
bisa menemukan sebuah bangunan berupa tower yang terdapat jam di puncaknya.
Bangunan ini dinamai Clock Tower. Senada dengan bangunan yang lain, bangunan
Clock Tower ini juga berwarna merah. Nah, di sebelah Clock Tower itu, ada
tulisan I Love Melaka yang belum sah ke Malaka kalau belum pose di situ.
2. St. Paul's Hill
![]() |
Bagian dalam St. Paul Church |
St. Paul Church
Sesampainya di puncak
bukit, kita bisa menemukan reruntuhan bangunan yang dindingnya masih utuh
berdiri namun tanpa atap. Bangunan ini adalah Gereja St. Paul. Gereja ini tidak
digunakan lagi sebagaimana mestinya setelah Christ Church Melaka didirikan.
Gereja ini dialihfungsikan menjadi pekuburan para pejabat Portugis dan Belanda.
Aura horornya lumayan terasa kalau sedang berada di dalam bangunan gereja
ini.
Benteng A Famosa
![]() |
St.Paul's Hill |
3. Jonker Street
Nah, ini lagi salah satu
tempat paling populer di Malaka. Dulunya dinamai Jalan hang Jeat, tapi lebih
terkenal dengan nama Jonker Street. Di sepanjang Jonker Street ini kita bisa
menemui jejeran banguna-bangunan klasik tapi masih terlihat kuat dan tertata rapi.
Tapi sayang, jalanannya yang tidak terlalu lebar dijubeli oleh mobil-mobil yang
berebutan dengan wisatawan. Jonker Street ini juga merupakan tempat kulineran
di Malaka, ada banyak pilihan tempat makan maupun tempat jajan di Jonker Street
seperti es cendol, chicken rice, aneka es, dan jajanan lainnya.
4. Melaka River
Tidak terlalu jauh dari
kawasan bangunan merah tadi dan masih bisa dijangkau dengan berjalan
kaki, kita bisa menemukan Melaka River. Sungai yang tidak kalah bernilai
sejarah tinggi di Malaka. Sungai ini bersih dari sampah, padahal di
kiri-kanannya ada pemukiman. Entah kapan sungai-sungai yang ada di kota-kota
besar di Indonesia memiliki sungai sebersih ini. Kalau punya waktu dan bajet
yang cukup ada baiknya nyoba naik river cruise dengan harga
tiket 30 MYR per-kepala. Lagi-lagi karena alasan waktu, saya hanya bisa menatap
iri cruise-cruise itu mondar-mandir.
Sebenarnya ada beberapa
tempat lagi yang bisa kita datangi di Malaka, seperti mesjid terapung, kampung
Morten, museum Maritim, dan lain-lain. Tapi sekedar mendatangi tempat-tempat
ikonik Malaka seperti yang sudah saya jelasin di atas, satu hari saja cukup kok
:)
Iya bersih banget, padahal padat penduduk tapi sungainya bersih. beda dengan di Indonesia....
ReplyDeleteYesss, entah kapan ya sungai kita kek di sana
Delete