Berawal dari membaca Novel
"Rindu"-nya Bang Tere Liye yang menceritakan berbagai romantika
kehidupan manusia di sebuah kapal besar yang bermuatan ribuan umat islam yang
ingin menunaikan ibadah haji. Mengambil setting waktu Tahun
1938 H, Tere Liye menggambarkan dengan gamblang perjalanan Haji pada saat itu
membutuhkan waktu berbulan-bulan. Di dalam novel tersebut juga disinggung
tentang Kapal Pinisi yang banyak dimiliki oleh orang Bugis, rata-rata
pemiliknya adalah saudagar yang menggunakan kapal-kapal kayu tersebut untuk
berdagang ke seluruh nusantara.
Tidak lama setelah membaca novel itu, saya
membaca iklan sebuah biro perjalanan wisata yang menawarkan paket liburan ke
sebuah pulau di timur Indonesia menggunakan Kapal Pinisi. "Wow, luar
biasa, ternyata masih ada Kapal Pinisi hari ini" bathin saya. Jujur, dalam
pikiran saya Kapal Pinisi hanya ada di masa lampau, seperti yang diceritakan
oleh Tere Liye pada novelnya tersebut. Tertarik dengan hal itu, saya langsung
mencari informasi tentang Kapal Pinisi, yang kemudian membuat saya mengetahui
beberapa fakta yang meningkatkan rasa syukur dan bangga menjadi warga
Indonesia, negeri maha kaya.
Kapal Pinisi adalah kapal layar kebanggaan
masyarakat Sulawesi Selatan (Indonesia umumnya) yang telah terkenal di seluruh
dunia dari abad 14 silam hingga kini. Kapal ini sangatlah istimewa, bukan hanya
karena merupakan produk asli Indonesia, namun juga karena proses pembuatannya.
Kapal Pinisi di buat secara tradisional (hand-made) oleh para pengrajin ahli di
Sulawesi Selatan. Dan yang paling luar biasa adalah seluruh bagiannya terbuat
dari kayu dan dirangkai tanpa menggunakan paku. Namun demikian, kapal ini tetap
bisa berlayar hingga ke seluruh belahan dunia menaklukkan ombak dan badai di
lautan lepas. Terbukti kapal ini merupakan satu-satunya kapal kayu besar yang
masih diproduksi dari masa lampau hingga saat sekarang ini. Bagaimana saya
tidak bangga, ketika saya tinggal di negara dengan orang-orang kreatif
penghasil kapal kayu tanpa paku yang terkenal itu.
Kapal ini berukuran sekitar 15-40 meter
(tergantung pemesan), di tengah kapal ada 2 buah tiang setinggi kurang lebih 35
meter dengan 7 buah layar yang terpisah-pisah dari depan sampai belakang. Kapal
ini dibuat dengan peralatan sederhana oleh 10 orang Sawi (tukang
pembuat kapal) dengan seorang Punggawa (Kepala Tukang) sebagai
pemimpin. Bahan utama untuk membuat kapal ini adalah Kayu Jati atau Kayu Besi.
Proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama (tergantung ukuran kapal),
biasanya 1-2 tahun, semakin besar ukurannya semakin lama waktu yang dibutuhkan.
Hal istimewa lainnya adalah Kepala Tukang
atau Punggawa memimpin pembuatan kapal tersebut tanpa ada catatan sama sekali.
Seorang Punggawa tidak pernah menuangkan desain kapal, detail ruang,
perhitungan ukuran, dan sebagainya ke dalam catatan tulisan ataupun bentuk
lainnya. Semua pengetahuan dan keahliannya tersimpan di dalam kepalanya dan
diperoleh turun-temurun secara lisan.
![]() |
Sumber : kaskus.co.id |
Saya, di Tanah Beru - Bulu Kumba |
Sebagai bangsa yang dianugerahi kebudayaan
tradisional yang sangat kaya, pembuatan kapal ini juga tidak terlepas dari
tradisi budaya. Mulai dari proses pemilihan kayu, penebangan, pembuatan, hingga
peluncuran pertama tidak terlepas dari tradisi. Serangkaian upacara adat harus
diikuti, hal ini bertujuan agar kapal yang dibuat dapat digunakan dengan baik
dan selalu selamat kemanapun berlayar.
Adalah Bulu Kumba, sebuah kabupaten yang
terletak di pesisir pantai sekitar 150 km ke arah Tenggara Kota Makasar. Di
pesisir pantai tersebut bisa ditemui beberapa perkampungan pengrajin yang
membuat kapal-kapal kayu hebat tersebut. Dari zaman dahulu, Makasar (Sulawesi
Selatan) memang terkenal sebagai daerah asal pelaut-pelaut hebat, hingga saat ini pun ranah ini masih saja terkenal sebagai daerah tempat produksi kapal. Ditambah lagi dengan keindahan alamnya, kearifan lokal, dan beragam nilai eksotik lainnya, menjadikan ranah ini sebagai pelengkap kekayaan bangsa. Saya bangga menjadi Indonesia
Keren ya kapal Pinisinya. Aku teringat film bajak laut kalau lihat kapat seperti itu.
ReplyDeleteHallo Mba Yelli, makasih sudah sowan.
ReplyDeleteIya mba kalau udah di laut jadi kaya kapal-kapal bajak laut gitu yahhh :D
Baru tau cerita Kapal Pinisi...TFS Mbak:)
ReplyDeletePinisi ini jenis terbanyak yang ada miniaturnya untuk souvenir dll. Dan saya selalu kagum saat melihatnya, meski belum pernah berkesempatan lihat aslinya..
Hi Mba Dian, sama mba, saya juga selalu terkagum-kagum, apalagi kalau liat aslinya mba, makin takjub deh
DeleteJadi ingat cerita orang-orang yang selama hidupnya di samudera,
ReplyDeletemereka tidak mengenal daratan dan kaget saat ketemu daratan.
Nenek moyang kita memang pelaut ya Mbak?
thank
Jadi lagu anak-anak, "Nenek Moyangku Seorang Pelaut" itu ga asal bikin ya mba, hehehe
DeleteThanks for signing mba, cheers